RSS FEED

Jumat, 19 November 2010

Kalimat Efektif

Kalimat efektif ialah kalimat yang memiliki kemampuan untuk menimbulkan kembali gagasan-gagasan pada pikiran pendengar atau pembaca seperti apa yang ada dalam pikiran pembicara atau penulis. Kalimat sangat mengutamakan keefektifan informasi itu sehingga kejelasan kalimat itu dapat terjamin.
Sebuah kalimat efektif mempunyai ciri-ciri khas, yaitu

- Kepaduan
adanya hubungan timbal balik yang baik dan jelas di antara unsur-unsur (kata atau kelompok kata) yang membentuk kalimat tersebut. Kepaduan dalam kalimat akan rusak karena salah menempatkan kata depan (tentang, mengenai, akan). Kepaduan juga akan rusak karena salah menempatkan kata keterangan aspek (sudah, telah, akan) atau keterangan modalitas (harus, boleh, ingin) pada kalimat pasif.
Contoh : Mahasiswa sedang membicarakan tentang materi kuliah.
Kata tentang tidaklah padu. Penggunaannya tidak diperlukan, apabila ingin menggunakannya cukup merubah kata membicarakan menjadi berbicara.
Kalimat yang padu mencangkup kepaduan pernyataan dalam kalimat itu sehingga informasi yang disampaikannya tidak terpecah-pecah.
a. Kalimat yang padu tidak bertele-tele dan tidak mencerminkan cara berpikir yang tidak simetris. Oleh karena itu, kita hidari kalimat yang panjang dan bertele-tele.
b. Kalimat yang padu mempergunakan pola aspek + agen + verbal secara tertib dalam kalimat-kalimat yang berpredikat pasif persona.
c. Kalimat yang padu tidak perlu menyisipkan sebuah kata seperti daripad atau tentang antara predikat kata kerja dan objek penderita.


- kesepadanan struktur
keseimbangan antara pikiran (gagasan) dan struktur bahasa yang dipakai. Kesepadanan kalimat ini diperlihatkan oleh kesatuan gagasan yang kompak dan kepaduan pikiran yang baik. Kesepadanan kalimat itu memiliki beberapa ciri, seperti tercantum di bawah ini.
a. Kalimat itu mempunyai subjek dan predikat dengan jelas. Ketidakjelasan subjek atau predikat suatu kalimat tentu saja membuat kalimat itu tidak efektif. Kejelasan subjek dan predikat suatu kalimat dapat dilakukan dengan menghindarkan pemakaian kata depan di, dalam bagi untuk, pada, sebagai, tentang, mengenai, menurut, dan sebagainya di depan subjek.
Contoh :
- Bagi semua mahasiswa perguruan tinggi ini harus membayar uang kuliah. (Salah)
- Semua mahasiswa perguruan tinggi ini harus membayar uang kuliah. (Benar)
b. Tidak terdapat subjek yang ganda
Contoh :
Penyusunan laporan itu saya dibantu oleh para dosen. (Salah)
Dalam menyusun laporan itu saya dibantu oleh para dosen.(Benar)
c. Kalimat penghubung intrakalimat tidak dipakai pada kalimat tunggal
Contoh:
Kami datang agak terlambat. Sehingga kami tidak dapat mengikuti acara pertama. (Salah)
Kami datang agak terlambat sehingga kami tidak dapat mengikuti acara pertama. (Benar)

- keparalelan bentuk
Yang dimaksud keparalelan adalah kesamaan bentuk kata yang digunakan dalam kalimat itu. Artinya, kalau bentuk pertama menggunakan nomina. Kalau bentuk pertama menggunakan verba, bentuk kedua juga menggunakan verba. Bentuk-bentuk kata yang sejajar dalam sebuah kalimat memperlihatkan pikiranpikiran/ gagasan-gagasan yang sejajar pula. Kesejajaran antara pikiran/gagasan dan bentuk bahasa yang dipakai dapat mempermudah pembaca untuk memahami makna kalimat.
Contoh :
Kegiatan yang telah kami lakukan adalah mengumpulkan informasi, pencarian
bahan bacaan, dan menyusun rancangan. (Salah)
Kegiatan yang telah kami lakukan adalah mengumpulkan informasi, mencari bahan
bacaan, dan menyusun rancangan. (Benar)

- ketegasan makna
Yang dimaksud dengan ketegasan atau penekanan ialah suatu perlakuan penonjolan pada ide pokok kalimat. Dalam sebuah kalimat ada ide yang perlu ditonjolkan. Kalimat itu member penekanan atau penegasan pada penonjolan itu. Ada berbagai cara untuk membentuk penekanan dalam kalimat yaitu :
a. Meletakkan kata yang ditonjolkan itu di depan kalimat (di awal kalimat).
b. Membuat urutan kata yang bertahap
c. Melakukan pengulangan kata (repetisi).
d. Melakukan pertentangan terhadap ide yang ditonjolkan.
e. Mempergunakan partikel penekanan (penegasan).

- kehematan kata
yaitu hemat mempergunakan kata, frasa, atau bentuk lain yang dianggap tidak perlu. Kehematan tidak berarti harus menghilangkan kata-kata yang dapat menambah kejelasan kalimat. Peghematan di sini mempunyai arti penghematan terhadap kata yang memang tidak diperlukan, sejauh tidak menyalahi kaidah tata bahasa.
Ada beberapa kriteria yang perlu diperhatikan:
a. Penghematan dapat dilakukan dengan cara menghilangkan pengulangan subjek.
b. Penghematan dapat dilakukan dengan cara menghindarkan pemakaian superordinat pada hiponimi kata.
c. Penghematan dapat dilakukan dengan cara menghindarkan kesinoniman dalam satu kalimat.
d. Penghematan dapat dilakukan dengan cara tidak menjamakkan kata-kata yang berbentuk jamak.
Contoh :
Setelah makalah ini diperbaiki, makalah ini akan segera dipresentasikan. (Salah)
Setelah diperbaiki, makalah ini akan segera dipresentasikan. (Benar)

- kecermatan penalaran (tidak ambigu)
Cermat adalah bahwa kalimat itu tidak menimbulkan tafsiran ganda. Dan tepat dalam pilihan kata. Dengan demikian, kita harus secara saksama mempertimbangkan setiap kata, kelompok kata, atau kalimat yang akan kita pakai agar pembaca memahami hal yang kita ungkapkan persis seperti yang kita maksudkan.
Contoh :
Pria dan wanita yang memakai pita akan mengikuti lomba balap karung. (Salah)
Wanita yang memakai pita dan pria akan mengikuti lomba balap karung. (Benar)

- kelogisan bahasa.
bahwa ide kalimat itu dapat diterima oleh akal dan penulisannya sesuai dengan ejaan yang berlaku. Di samping harus gramatikal, kalimat juga harus logis, dalam arti, harus mengandung penalaran atau logika yang baik atau dapat diterima oleh akal sehat.
Contoh :
Pembangunan jembatan yang diperkirakan menghabiskan dana sekitar dua miliar itu
akan dibangun tahun depan. (Salah)
Pembangunan jembatan yang diperkirakan menghabiskan dana sekitar dua miliar
itu akan dilaksanakan/dilakukan/dimulai tahun depan. (Benar)

Penggunaan kalimat efektif adalah mutlak untuk digunakan agar tercapai keseragaman gagasan antara penulis dan pembaca sehingga kejelasan kalimat akan tercapai. Dengan begitu, pembaca akan dapat mengerti maksud dari kalimat yang dirangkai oleh si penulis.

Referensi :
Kalimat_dalam_bahasa_indonesia.pdf
PengertianKalimat.pdf

Alenia

Alenia merupakan bagian dari wacana yang berisi satu gagasan pokok dan dapat diikuti oleh kalimat-kalimat penjelas. Alenia terdiri dari sejumlah kalimat yang mengungkapkan satuan informasi dengan ide pokok sebagai pengendalinya.
Paragraf adalah suatu penuangan ide penulis melalui kalimat atau kumpulan kalimat diman kalimat yang satu dengan kalimat yang lain saling berkaitan dan hanya memiliki suatu topic atau tema.

Alenia/paragraf diserap dari bahasa inggris “paragraph”. Paragraf juga berasal dari bahasa Yunani yaitu para- yang berarti sebelum dan grafein yang berarti menulis. Sedangkan
Alinea berasal dari bahasa Belanda. Kata Belanda itu sendiri dari kata Latin a linea yang berarti ‘mulai dari baris baru’.

A. Syarat-syarat pembentukan alinea:
1. Kesatuan/Kepaduan:
Semua kalimat secara bersama-sama menyatakan suatu hal dan berhubungan erat.
2. Koherensi dan Kohesi
kekompakan hubungan antara sebuah kalimat dengan kalimat lain yang membentuk alenia itu.
3. Perkembangan alinea
Perincian dari gagasan-gagasanyang membina alinea:
a. Kemampuan memperinci gagasan utama secara maksimal ke dalam gagasan-gagasan bawahan
b. Kemampuan mengurutkan gagasan bawahan secara teratur.

B. Macam-macam Alenia
a. Alenia pembuka
Berfungsi sebagai :
a. Membuka suatu karangan
b. Menarik minat dan perhatian pembaca
c. Menyiapkan
b. Alenia penghubung
Semua alenia yang terdapat diantara alenia pembuka dan penutup.
c. Alenia penutup
a. Mengakhiri karangan/bagian karangan
b. Mengandung kesimpulan yang bulat dan betul-betul mengakhiri uraian
c. Menimbulkan banyak kesan

C. Unsur-unsur Alenia
Terdapat 2 jenis unsure-unsur alenia :
a. Kalimat Utama
Merupakan kalimat yang memiliki inti kalimat dari pikiran penulis
b. Kalimat penjelas
Merupakan kalimat yang memiliki tujuan untuk menekankan atau mengantarkan pembaca sebelum ke kalimat inti. Kalimat penjelas bias dimiliki di akhir ataupun di awal kalimat.

D. Methode Perkembangan Alenia
Beberapa metode pengembangan alenia antara lain :
a. Klimaks dan AntiKlimaks
Klimaks yaitu suatu gagasan utama mula-mula yang diperinci dengan sebuah gagasan bawahan yang dianggap paling rendah kedudukannya, kemudian berangsur-angsur disusun dengan sebuah gagasan lain hingga ke gagasan yang paling tinggi kedudukannya atau kepentingannya. Dengan kata lain, gagasan-gagasan bawahan disusun sekian macam sehingga gagasan-gagasan berikutnya lebih tinggi kepentingannya dari gagasan sebelumnya.
Variasi gagasan dari klimaks adalah anti-klimaks, yaitu menulis mulai dari suatu gagasan atau tema yang dianggap paling tinggi kedudukannya, kemudian perlahan-lahan menurun melalui gagasan-gagasan yang lebih rendah.
b. Sudut pandang
Yaitu tempat dimana seorang pengarang melihat sesuatu. Mencangkup pengertian bagaimana pandangan dan anggapan penulis terhadap subjek yang sedang digarapnya.
c. Perbandingan dan pertentangan
Yaitu suatu cara seorang pengarang menunjukkan kesamaan atau perbedaan antara dua orang, objek, atau gagasan yang bertolak dari segi-segi tertentu.
d. Analogi
Yaitu perbandingan yang sistematis dari dua hal yang berbeda, tetapi dengan memperlihatkan kesamaan fungsi dari dua hal tersebut sebagai iliustrasi.
e. Proses
Yaitu suatu urutan dari tindakan-tindakan atau perbuatan-perbuatan untuk menciptakan atau menghasilkan sesuatu, atau urutan dari sesuatu peristiwa atau kejadian.
f. Sebab Akibat
Sebab bisa bertindak sebagai gagasan utama sedangkan akibat sebagai rincian pengembangannya atau sebaliknya.
g. Umum-Khusus
Gagasan utama diletakkan diawal alenia dan perincian-perinciannya terdapat dalam kalimat-kalimat berikutnya.
h. Klasifikasi
Yaitu sebuah proses untuk mengelompokkan gagasan-gagasan yang dianggap mempunyai kesamaan-kesamaan tertentu.
i. Definisi
Yaitu usaha pengarang untuk memberikan keterangan atau arti terhadap sebuah istilah atau hal.

Referensi : Bab 5 Paragraf.pdf
http://ridwanal-bantani.blogspot.com
http://Iaibcommunity.wordpress.com http://caripenghasilantambahan.blogspot.com

KALIMAT DASAR BAHASA INDONESIA

Pola Dasar Kalimat Bahasa Indonesia

Kalimat yang kita gunakan sesungguhnya dapat dikembalikan ke dalam sejumlah kalimat

dasar yang sangat terbatas. Dengan perkataan lain, semua kalimat yang kita gunakan berasal dari beberapa pola kalimat dasar saja. Sesuai dengan kebutuhan kita masing-masing, kalimat dasar tersebut kita kembangkan, yang pengembangannya itu tentu saja harus didasarkan pada kaidah yang berlaku. Pola dasar kalimat bahasa Indonesia adalah sebagai berikut.

1. Kalimat Dasar Berpola S P

Kalimat dasar tipe ini memiliki unsur subjek dan predikat. Predikat kalimat untuk tipe ini

dapat berupa kata kerja, kata benda, kata sifat, atau kata bilangan. Misalnya:

(1) Mereka / sedang berenang.

S P (kata kerja)

(2) Ayahnya / guru SMA.

S P (kata benda)

(3) Gambar itu / bagus.

S P (kata sifat)

(4) Peserta penataran ini / empat puluh orang.

S P (kata bilangan)

2. Kalimat Dasar Berpola S P O

Kalimat dasar tipe ini memiliki unsur subjek, predikat, dan objek. Misalnya:

Mereka / sedang menyusun / karangan ilmiah.

S P O

3. Kalimat Dasar Berpola S P Pel.

Kalimat dasar tipe ini memiliki unsur subjek, predikat, dan pelengkap. Misalnya:

Anaknya / beternak / ayam.

S P Pel

3.4 Kalimat Dasar Berpola S P O Pel.

Kalimat dasar tipe ini memiliki unsur subjek, predikat, objek, dan pelengkap. Misalnya:

Dia / mengirimi / saya / surat.

S P O Pel.

3.5 Kalimat Dasar Berpola S P K

Kalimat dasar tipe ini memiliki unsur subjek, predikat, dan keterangan. Misalnya:

Mereka / berasal / dari Surabaya.

S P K

3.6 Kalimat Dasar Berpola S P O K

Kalimat dasar tipe ini memiliki unsur subjek, predikat, objek, dan keterangan. Misalnya:

Kami / memasukkan / pakaian / ke dalam lemari.

S P O K

4. Kalimat yang Baik dan Benar

Kalimat yang benar adalah kalimat yang sesuai dengan aturan atau kaidah yang berlaku,

baik yang berkaitan dengan kaidah tata bunyi (fonologi), tata bahasa, kosakata, maupun ejaan.

Sementara itu, kalimat yang baik adalah kalimat yang efektif, yaitu kalimat yang dapat

menyampaikan pesan/informasi secara tepat. Perhatikan kedua contoh kalimat berikut ini.

(1) Dia mencarikan pekerjaan untuk saya.

(2) Kucing itu telah wafat dengan sukses.


kalimat dasar dalam bahasa Indonesia adalah sebagai berikut.

1. KB + KK : Mahasiswa berdiskusi.

2. KB + KS : Dosen itu ramah.

3. KB + KBil : Harga buku itu sepuluh ribu rupiah.

4. KB + (KD + KB) : Tinggalnya di Palembang.

5. KB1 + KK + KB2 : Mereka menonton film.

6. KB1 + KK + KB2 + KB3 : Paman mencarikan saya pekerjaan.

7. KB1 + KB2 : Rustam peneliti.

Ketujuh pola kalimat dasar ini dapat diperluas dengan berbagai keterangan dan dapat pula pola-pola

dasar itu digabung-gabungkan sehingga kalimat menjadi luas dan kompleks.

SISTEM PENOMORAN

Dalam penomoran Angka dan Abjad dalam Bahasa Indonesia harus diperhatikan beberapa hal berikut yaitu :

* Romawi Kecil

Penomoran dengan memakai romawi kecil dipakai untuk halaman judul, abstrak, kata pengantar atau prakata, daftar isi, daftar tabel, daftar grafik, daftar singkatan dan lambang.

* Romawi besar

Angka Romawi besar digunakan untuk menomori tajuk bab (bab pendahuluan, bab teoretis, bab metode dan objek penelitian, bab analisis data, dan bab penutup).

* Penomoran dengan Angka Arab

Penomoran dengan angka Arab (0―9) dimulai bab I sampai dengan daftar pustaka.

* Letak Penomoran

Setiap penomoran yang bertuliskan dengan huruf kapital, nomor halaman diletakkan atau berada di tengah-tengah, sedangkan untuk nomor selanjutnya berada di tepi batas (pias) kanan atas.

* Sistem Penomoran

Sistem penomoran dengan angka arab mempergunakan sistem dijital. Angka terakhir dalam sistem dijital tidak diberikan titik seperti 1.1 Latar Belakang Masalah, 3.2.2 Sejarah dan Perkembangan PT Telkom. Akan tetapi, bila satu angka diberi tanda titik seperti 1. Pendahuluan, 2. Landasan Teori dll. (dalam makalah). Apabila ada penomoran sistem dijital antara angka Arab dengan huruf, harus dicantumkan titik seperti 3.2.2.a. Sistem penomoran pada dasarnya mengikuti kaidah Ejaan yang Disempurnakan.

SUMBER :

http://gladysdizz.blogspot.com/2010/06/outlinekerangka-karangan.html

http://azizturn.wordpress.com/2009/11/21/kerangka-karangan/

http://wyoeholic.wordpress.com/2009/10/26/peranan-bahasa-indonesia-dalam-konsep-ilmiah/

Jenis Paragraf

Paragraf memiliki banyak ragamnya. Untuk membedakan paragraf yang satu dari paragraf yang lain berdasarkan kelompoknya,yaitu : jenis paragraf menurut posisi kalimat topiknya, menurut sifat isinya, menurut fungsinya dalam karangan.

1) Jenis paragraf menurut posisi kalimat topiknya

Kalimat yang berisi gagasan utama paragraf adalah kalimat topik. Karena berisi gagasan utama itulah keberadaan kalmat topic dan letak posisinya dalam paragraf menjadi penting. Posisi kalimat topik di dalam paragraf yang akan memberi warna sendiri bagisebuah paragraf. Berdasarkan posisi kalimat topik, paragraf dapa dibedakan atas empat macam, yaitu : paragraf deduktif, paragraf induktif, paragraf deduktif-induktif, paragraf penuh kalimat topik.

A. Paragraf Deduktif

Adalah paragraf yang letak kalimat pokoknya di tempat kan pada bagian awal paragraf ,yaitu paragraf yang menyajikan pokok permasalahan terlebih dahulu, lalu menyusul uraian yang terinci mengenai permasalahan atau gagasan paragraf (urutan umum-khusus).

B. Paragraf Induktif

Bila kalimat pokok ditempatkan dipada akhir paragraf akan terbentuk paragraf induktif, yaitu paragraf yang menyajikan penjelasan terlebih dahulu,barulah diakhiri dengan pokok pembicaraan.

C. Paragraf Deduktif-Induktif

Bila kalimat pokok di tempatkan pada bagian awal dan akhir paragraf, terbentuklah paragraf deduktif-induktif. Kalimat pada akhir paragraf umumnya menjelaskan atau menegaskan kembali gagasan utama yang terdapat pada awal paragraf.

D. Paragraf penuh kalimat topik

Seluruh kalimat yang membangun paragraf sama pentingnya sehingga tidak satupun kalimat yang khusus menjadi kalimat topik. Kondisi seperti itu dapat atau biasa terjadi akibat sulitnya menentukan kalimat topic karena kalimat yang satu dan lainnya sama-sama penting. Paragraf semacam ini sering dijumpai dalam uraian-uraian bersifat dskriptif dan naratif terutama dalam karangan fiksi.

2) Jenis Paragraf Menurut Sifat Isinya

Isi sebuah paragraf dapat bermacam-macam bergantung pada maksud penulisannya dan tuntutan korteks serta sifat informasi yang akan disampaikan.Penyelarasan sifat isi paragraf dengan isi karangan sebenarnya cukup beralasan karena pekerjaan menyusun paragraf adalah pekerjaan mengarang juga.

Berdasarkan sifat isinya, alinea dapat digolongkan atas lima macam,yaitu:

o Paragraf Persuasif : adalah isi paragraf mempromosikan sesuatu dengan cara mempengaruhi atau mengajak pembaca. Paragraf persuasif banyak dipakai dalam penulisan iklan,terutama majalah dan Koran . Sedangkan paragraf argumentasi, deskripsi, daneksposisi umumnya dipakai dalam karangan ilmiah seperti buku,skripsi makalah dan laporan. Paragraf naratif sering dipakai untuk karangan fiksi seperti cerpen dan novel.

o Paragraf argumentasi : adalah isi paragraf membahas satu masalah dengan bukti_bukti alasan yang mendukung.

o Paragraf naratif : adalah isi paragraf menuturkan peristiwa atau keadaan dalam bentuk data atau cerita.

o Paragraf deskritif : adalah paragraf yang melukiskan atau menggambarkan sesuatu dengan bahasa.

o Paragraf eksposisi : adalah paragraf yang memaparkan sesuatu fakta atau kenyataan kejadian tertentu.

3) Jenis Paragraf Menurut Fungsinya dalam Karangan

Menurut fungsinya, paragraf dapat dibedakan menjadi 3 , yaitu:

1) Paragraf Pembuka

Bertujuan mengutarakan suat aspek pokok pembicaraan dalam karangan .

Sebagai bagian awal sebuah karangan, paragraf pembuka harus di fungsikan untuk:

1. menghantar pokok pembicaraan

2. menarik minat pembaca

3. menyiapkan atau menata pikiran untuk mengetahui isi seluruh karangan.

Setelah memiliki ke tiga fungsi tersebut di atas dapat dikatakan paragraf pembuka memegang peranan yang sangat penting dalam sebuah karangan. Paragraf pembuka harus disajikan dalam bentuk yang menarik untuk pembaca. Untuk itu bentuk berikut ini dapat dimanfaatkan sebagai bahan menulis paragraf pembuka,yaitu:

1. kutipan, peribahasa, anekdot

2. pentingnya pokok pembicaraan

3. pendapat atau pernyataan seseorang

4. uraian tentang pengalaman pribadi

5. uraian mengenai maksud dan tujuan penulisan

6. sebuah pertanyaan.

2) Paragraf Pengembang

Bertujuan mengembangkan pokok pembicaraan suatu karangan yang sebelumnya telah dirumuskan dalam alinea pembuka. Paragraf ini didalam karangan dapat difungsikan untuk:

1.mengemukakan inti persoalan

2. memberikan ilustrasi

3. menjelaskan hal yang akan diuraikan pada paragraf berikutnya

4. meringkas paragraf sebelumnya

5. mempersiapkan dasar bagi simpulan.

3)Paragraf Penutup

Paragraf ini berisi simpulan bagian karangan atau simpulan seluruh karangan. Paragraf ini sering merupakan pernyataan kembali maksud penulis agar lebih jelas. Mengingat paragraf penutup dimaksudkan untuk mengakhiri karangan. Penyajian harus memperhatikan hal sebagai berikut :

1. sebagai bagian penutup,paragraf ini tidak boleh terlslu psnjsng

2. isi paragraf harus berisi simpulan sementara atau simpulan akhir sebagai cerminan inti seluruh uraian

3. sebagai bagian yang paling akhir dibaca, disarankan paragraf ini dpat menimbulkan kesan yang medalam bagi pembacanya


SUMBER :

http://sepitri.staff.gunadarma.ac.id/Downloads/files/14474/slide+Paragraf.ppt

http://kemassamawimultiproduction.blogspot.com/2009/05/paragraf_599.html

http://ellopedia.blogspot.com/2010/09/paragraf.html

PENGERTIAN TEMA, JUDUL, DAN TOPIK

* TEMA

Tema merupakan suatu gagasan pokok atau ide pikiran dalam membuat suatu tulisan.

Tema merupakan persoalan utama yang diungkapkan oleh pengarang dalam sesebuah karya kesusteraan seperti cerpen atau novel.
Biasanya tema diolah berdasarkan sesuatu motif tertentu yang terdiri daripada objek, peristiwa kejadian dan sebagainya.

* JUDUL

Judul adalah nama yang dipakai untuk buku, bab dalam buku, kepala berita, dan lain-lain; identitas atau cermin dari jiwa seluruh karya tulis, bersipat menjelaskan diri dan yang manarik perhatian dan adakalanya menentukan wilayah (lokasi). Dalam artikel judul sering disebut juga kepala tulisan.

* TOPIK

Topik adalah berasal dari bahasa Yunani “topoi” yang berarti tempat, dalam tulis menulis bebarti pokok pembicaraan atau sesuatu yang menjadi landasan penulisan suatu artikel.

CIRI-CIRI TEMA, JUDUL, DAN TOPIK

* TEMA

Ciri-ciri tema, antara lain.

1.Dalam novel dan cerpen, tema biasanya dapat dilihat melalui persoalan yang dikemukakan.
2. Tema juga dapat dilihat melalui cara-cara watak itu bertentangan satu sama lain, bagaimana cerita diselesaikan.
3. Tema dapat dikesan melalui peristiwa, kisah, suasana dan unsur lain seperti nilai kemanusiaan yang terdapat dalam cerita, plot cerita, perwatakan watak-watak dalam sebuah cerita.

· JUDUL

Ciri-ciri judul, antara lain.

1. Relevan dengan tema cerita tersebut, atau ada keterkaitan dengan beberapa bagian penting dari tema tersebut.
2. Biasanya judul harus provokatif dengan menarik si pembaca dan menimbulkan keingintahuan pembaca terhadap isi cerita tersebut.
3. Judul terdiri dari lima kata dan diusahakan tidak boleh lebih.
4. Judul tidak boleh mengambil bentuk kalimat atau frasa yang panjang, tetapi berbentuk kata yang singkat.
5. Judul harus mencerminkan topic atau tema, tidak boleh menyimpang.

· TOPIK

Ciri-ciri topic, antara lain

1. Topic harus menarik perhatian si pembaca, sehingga mampu menimbulkan rasa keingintahuan pembaca
2. Mencakup keseluruhan isi cerita

SUMBER :

http://id.wikipedia.org/wiki/Tema

http://semuamasalah007.blogspot.com/2009/01/pengertian-tema.html

http://ita-kyu-kiyut.blogspot.com/2010/01/ragam-bahasa-tugas-kelompok.html

PENGERTIAN OUTLINE/KERANGKA KARANGAN

Kerangka karangan merupakan suatu rencana kerja yang memuat garis-garis besar dari suatu karangan atau tulisan yang akan ditulis atau dibahas,susunan sistematis dari pikiran-pikiran utama dan pikiran-pikiran penjelas yang akan menjadi pokok tulisan.

MANFAAT OUTLINE/KERANGKA KARANGAN

* Untuk menjamin penulisan bersifat konseptual, menyeluruh, dan terarah.
* Untuk menyusun karangan secara teratur. Kerangka karangan membantu penulis untuk melihat gagasan-gagasan dalam sekilas pandang, sehingga dapat dipastikan apakah susunan dan hubungan timbal-balik antara gagasan-gagasan itu sudah tepat, apakah gagasan-gagasan itu sudah disajikan dengan baik, harmonis dalam perimbangannya.
* Memudahkan penulis menciptakan klimaks yang berbeda-beda. Setiap tulisan dikembangkan menuju ke satu klimaks tertentu. Namun sebelum mencapai klimaks dari seluruh karangan itu, terdapat sejumlah bagian yang berbeda-beda kepentingannya terhadap klimaks utama tadi. Tiap bagian juga mempunyai klimaks tersendiri dalam bagiannya. Supaya pembaca dapat terpikat secara terus menerus menuju kepada klimaks utama, maka susunan bagian-bagian harus diatur pula sekian macam sehingga tercapai klimaks yang berbeda-beda yang dapat memikat perhatian pembaca.
* Menghindari penggarapan topik dua kali atau lebih. Ada kemungkinan suatu bagian perlu dibicarakan dua kali atau lebih, sesuai kebutuhan tiap bagian dari karangan itu. Namun penggarapan suatu topik sampai dua kali atau lebih tidak perlu, karena hal itu hanya akan membawa efek yang tidak menguntungkan; misalnya, bila penulis tidak sadar betul maka pendapatnya mengenai topik yang sama pada bagian terdahulu berbeda dengan yang diutarakan pada bagian kemudian, atau bahkan bertentangan satu sama lain. Hal yang demikian ini tidak dapat diterima. Di pihak lain menggarap suatu topik lebih dari satu kali hanya membuang waktu, tenaga, dan materi. Kalau memang tidak dapat dihindari maka penulis harus menetapkan pada bagian mana topik tadi akan diuraikan, sedangkan di bagian lain cukup dengan menunjuk kepada bagian tadi.
* Memudahkan penulis mencari materi pembantu. Dengan mempergunakan rincian-rincian dalam kerangka karangan penulis akan dengan mudah mencari data-data atau fakta-fakta untuk memperjelas atau membuktikan pendapatnya. Atau data dan fakta yang telah dikumpulkan itu akan dipergunakan di bagian mana dalam karangannya itu.

POLA SUSUNAN OUTLINE/KERANGKA KARANGAN

a. Pola Alamiah Susunan atau pola alamiah adalah suatu urutan unit-unit kerangka karangan sesuai dengan keadaan yang nyata di alam. Sebab itu susunan alamiah dapat dibagi lagi menjadi tiga bagian utama, yaitu berdasarkan urutan ruang, urutan waktu, dan urutan topik yang ada.

b. Pola Logis Pola logis yaitu tanggapan yang sesuai dengan jalan pikiran untuk menemukan landasan dalam suatu susunan atau urutan logis. Pola logis berdasar urutan:

1) klimaks – anti klimaks
2) umum – khusus
3) sebab – akibat
4) proses
5) dan lain-lain.
MACAM-MACAM OUTLINE/KERANGKA KARANGAN

a. Berdasar Sifat Rinciannya:

1) Kerangka Karangan Sementara / Non-formal:

cukup terdiri atas dua tingkat, dengan alasan:

a) topiknya tidak kompleks

b) akan segera digarap

2) Kerangka Karangan Formal:

terdiri atas tiga tingkat, dengan alasan:

a) topiknya sangat kompleks

b) topiknya sederhana, tetapi tidak segera digarap

SISTEM PENOMORAN
Dalam penomoran Angka dan Abjad dalam Bahasa Indonesia harus diperhatikan beberapa hal berikut yaitu :

* Romawi Kecil

Penomoran dengan memakai romawi kecil dipakai untuk halaman judul, abstrak, kata pengantar atau prakata, daftar isi, daftar tabel, daftar grafik, daftar singkatan dan lambang.

* Romawi besar

Angka Romawi besar digunakan untuk menomori tajuk bab (bab pendahuluan, bab teoretis, bab metode dan objek penelitian, bab analisis data, dan bab penutup).

* Penomoran dengan Angka Arab

Penomoran dengan angka Arab (0―9) dimulai bab I sampai dengan daftar pustaka.

* Letak Penomoran

Setiap penomoran yang bertuliskan dengan huruf kapital, nomor halaman diletakkan atau berada di tengah-tengah, sedangkan untuk nomor selanjutnya berada di tepi batas (pias) kanan atas.

* Sistem Penomoran

Sistem penomoran dengan angka arab mempergunakan sistem dijital. Angka terakhir dalam sistem dijital tidak diberikan titik seperti 1.1 Latar Belakang Masalah, 3.2.2 Sejarah dan Perkembangan PT Telkom. Akan tetapi, bila satu angka diberi tanda titik seperti 1. Pendahuluan, 2. Landasan Teori dll. (dalam makalah). Apabila ada penomoran sistem dijital antara angka Arab dengan huruf, harus dicantumkan titik seperti 3.2.2.a. Sistem penomoran pada dasarnya mengikuti kaidah Ejaan yang Disempurnakan.

SUMBER :

http://gladysdizz.blogspot.com/2010/06/outlinekerangka-karangan.html

http://azizturn.wordpress.com/2009/11/21/kerangka-karangan/

http://wyoeholic.wordpress.com/2009/10/26/peranan-bahasa-indonesia-dalam-konsep-ilmiah/

Pengertian Paragraf Induktif dan deduktif

Sesuai dengan namanya, induktif adalah hal khusus menuju hal umum. Yaitu kuncinya "dari yang khusus menuju yang umum. Bila diuraikan, jangan terpatok pada gaya definisi seseorang, coba uraikan sendiri definisi paragraf induktif dengan kata kunci "dari khusus ke umum" tadi. Atau kalau memang malas menguraikan, mari lihat definisi berikut;
Paragraf Induktif adalah paragraf yang dimulai dengan menyebutkan peristiwa-peristiwa yang khusus, untuk menuju kepada kesimpulan umum, yang mencakup semua peristiwa khusus di atas.
Masih kurang puas dengan definisi tersebut? Baiklah karena definisi yang baik disertai dengan batasan dan ciri-cirinya. Kita uraikan ciri-cirinya. Ciri-ciri paragraf induktif dapat diketahui dengan melihat atau membuat sebuah paragraf. Apabila dalam paragraf itu mula-mula menyebutkan peristiwa khusus dan diakhiri dengan kesimpulan berdasar peristiwa khusus tersebut, maka bisa dipastikan anda sedang membaca atau membuat paragraf induktif.
Ingin paragraf diatas dibuat terpisah dalam bentuk item ciri-ciri, agar lebih mudah difahami? Oke, berikut ciri-ciri paragrad induktif dalam bentuk list:

Ciri-ciri Paragraf Induktif
• Terlebih dahulu menyebutkan peristiwa-peristiwa khusus
• Kemudian, menarik kesimpulan berdasarkan peristiwa-peristiwa khusus
• Kesimpulan terdapat di akhir paragraf
• Menemukan Kalimat Utama, Gagasan Utama, Kalimat Penjelas
Kalimat utama paragraf induktif terletak di akhir paragraf
• Gagasan Utama terdapat pada kalimat utama
• Kalimat penjelas terletak sebelum kalimat utama, yakni yang mengungkapkan peristiwa-peristiwa khusus
• Kalimat penjelas merupakan kalimat yang mendukung gagasa utama
Perbedaan Kalimat Deduktif dan Kalimat Induktif

a. Kalimat deduktif adalah pernyataan yang dimiliki dengan mengemukakan hal yang umum kemudian disusun dengan uraian yang khusus. Gagasan utama terdapat pada awal kalimat.
Cirri-ciri kalimat deduktif adalah kalimat bias berupa pendapat, pengadaan, atau definisi, letaknnya diawal paragraph. Contohnya, Masjid Alhambia di Spanyol termashur ke penjuru dunia karena keindahan arsitekturnya.

b. Kalimat induktif adalah kalimat yang dimulai mengemukakan hal-hal yang khusus kemudian diakhiri dengan kesimpulan yang umum. Gagasan utama terletak pada akhir kalimat.
Cirri-ciri kalimat induktif adalah bisa berupa pendapat, pernyataan, definisi dan kesimpulan letaknya diakhir paragraph. Contohnya, karena kecintaannya kepada desa kelahirannya maka ia membangun masjid dan jembatan di kampungnya

Minggu, 14 November 2010

SBY dan handuk kecil

Para wartawan yang akan mengikuti perjalanan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono dan Nyonya Ani Yudhoyono ke Belanda diminta sudah tiba di Bandar Udara Halim Perdanakusuma, Jakarta, pukul 11.00 waktu setempat. Pukul 12.10, para wartawan diminta naik ke pesawat kepresidenan yang siap tinggal landas .

Para wartawan duduk di bagian belakang pesawat. Para pramugari Garuda telah mengedarkan handuk kecil basah panas untuk wartawan. Kemudian sejumlah pembantu Presiden dan Ny Ani Yudhoyono menyusul masuk ke pesawat dan duduk di bagian tengah. Para pejabat teras istana juga masuk ke pesawat.

Setelah handuk kecil panas, pramugari membagikan berbagai macam minuman, jus apel, jeruk, tomat, dan lain-lainnya.

Sepengetahuan wartawan yang telah siap di dalam pesawat ini, Presiden dan para menteri serta pejabat lainnya sedang mengadakan jumpa pers di ruang tunggu VVIP. Untuk menunggu Presiden dan rombongan ini masuk ke pesawat dan tinggal landas, sebagian wartawan tidur. Wartawan lainnya berceloteh atau membuat berita untuk dikirimkan ke kantor masing-masing lewat berbagai alat elektronik.

Sekitar pukul 13.10, belum ada tanda-tanda Presiden dan rombongan inti masuk ke pesawat. Beberapa wartawan yang tidur satu per satu bangun karena gurauan mereka semakin keras. ”Ini jadi berangkat atau tidak, sih,” kata seorang wartawati.

Wartawati lainnya, yang suka bergurau, sempat mengatakan, ”Kalau Presiden jadi berangkat, akan ada berita ’tidak benar, Presiden takut pada tekanan sekelompok kecil di Belanda’. Kalau tidak berangkat, akan muncul berita sebaliknya.” Semakin menggelisahkan Karena terlalu lama menunggu, sebagian wartawan minta disediakan mi instan. Setelah perut terisi, masih ada persoalan lain dalam penantian di dalam pesawat ini, yakni buang air kecil atau besar. ”Pemakaian toilet belum bisa sekarang, tunggu setelah di atas angkasa,” ujar seorang pramugari.

Selanjutnya terjadi kontak antara wartawan di dalam pesawat dan wartawan di ruang tunggu yang tidak ikut perjalanan. ”Kemungkinan tidak jadi berangkat,” ujar wartawan yang berada di ruang tunggu.

Sementara itu, para pembantu Presiden turun dari pesawat dengan membawa tas atau koper kecil bawaan mereka. Mereka melintasi bagian belakang, tempat para wartawan duduk. Mereka tidak mau memberikan jawaban ketika ditanya apakah keberangkatan dibatalkan.

Kemudian para wartawan di ruang tunggu bandara menyampaikan bahwa Presiden membatalkan keberangkatan. Satu per satu wartawan pengikut rombongan mulai turun tangga pesawat. Awak televisi berita pun mulai melaporkan berita pembatalan keberangkatan.

Seorang pegawai istana yang sering mengikuti perjalanan Presiden ke luar negeri sejak masa pemerintahan Presiden Soeharto mengatakan, ”Waduh baru kali ini terjadi dalam sejarah, perjalanan presiden ke luar negeri batal ketika rombongan sudah siap di bandar udara.”

Seorang pegawai istana lainnya sempat mengumpat, ”Ini batal mungkin karena ada Londo gendeng (Belanda senewen).”

Orang-orang penjaga warung di bagian luar gedung bandara tertawa melihat rombongan berjas hitam tak jadi berangkat. ”Tidak jadi ke Belanda, ya, Pak,” ujar penjaga warung koran.

Anggota Komisi I DPR dari Fraksi PKB, Effendy Choirie, melalui telepon kepada Kompas mengatakan, ”Kali ini saya memuji keputusan Presiden Yudhoyono.” Menurut dia, apa yang dilakukan orang-orang yang mengaku Republik Maluku Selatan (RMS) itu merupakan bentuk campur tangan urusan dalam negeri orang lain.

Peristiwa tahun 1970 terulang lagi, yakni kunjungan Presiden Soeharto ke Den Haag, awal September. Kunjungan ini tertunda hampir 20 jam karena rumah Duta Besar Indonesia di Den Haag diduduki para pemuda yang mengaku dari kelompok RMS. Ketika itu Ketua Dewan Perwakilan Rakyat Gotong Royong HA Sjaichu sempat menyerukan agar kunjungan dibatalkan.

Kunjungan akhirnya berlangsung semalam dalam suasana penjagaan sangat ketat. Kunjungan balasan ke Indonesia oleh Ratu Beatrix berlangsung selama 10 hari, 21 sampai 31 Agustus 1995. (J OSDAR)

sumber : http://id.news.yahoo.com/kmps/20101006/tpl-sby-dan-handuk-kecil-81d2141.html

Minggu, 07 November 2010

Macam-macam majas

Majas perbandingan
1. Alegori: Menyatakan dengan cara lain, melalui kiasan atau penggambaran.
2. Alusio: Pemakaian ungkapan yang tidak diselesaikan karena sudah dikenal.
3. Simile: Pengungkapan dengan perbandingan eksplisit yang dinyatakan dengan kata depan dan pengubung, seperti layaknya, bagaikan, dll.
4. Sinestesia: Metafora berupa ungkapan yang berhubungan dengan suatu indra untuk dikenakan pada indra lain.
5. Pars pro toto: Pengungkapan sebagian dari objek untuk menunjukkan keseluruhan objek
6. Aptronim: Pemberian nama yang cocok dengan sifat atau pekerjaan orang.
7. Metonimia: Pengungkapan berupa penggunaan nama untuk benda lain yang menjadi merek, ciri khas, atau atribut.
8. Hipokorisme: Penggunaan nama timangan atau kata yang dipakai untuk menunjukkan hubungan karib.
9. Eufimisme: Pengungkapan kata-kata yang dipandang tabu atau dirasa kasar dengan kata-kata lain yang lebih pantas atau dianggap halus.
10. Fabel: Menyatakan perilaku binatang sebagai manusia yang dapat berpikir dan bertutur kata.
11. Eponim: Menjadikan nama orang sebagai tempat atau pranata.
12. Simbolik: Melukiskan sesuatu dengan menggunakan simbol atau lambang untuk menyatakan maksud.
13. Totum pro parte: Pengungkapan keseluruhan objek padahal yang dimaksud hanya sebagian.
Dalam mengahafal sinekdoce yang terbagi pars pro toto dan tontem pro parte sering terbalik agar tidak terbalik gunakan trik :
Pars = sebagian artinya sebagian untuk seluruh.

MAJAS PERTENTANGAN
1. Oksimoron
Majas yang antarbagiannya menyatakan sesuatu yang bertentangan.
2. Paradoks
Pengungkapan dengan menyatakan dua hal yang seolah-olah bertentangan, namun sebenarnya keduanya benar.
3. Antitesis
Majas yang menggunakan kata-kata yang berlawanan arti satu dengan yang lainnya.
Majas sindiran
1. Sarkasme: Sindiran langsung dan kasar.

Majas penegasan
1. Apofasis: Penegasan dengan cara seolah-olah menyangkal yang ditegaskan.
2. Pleonasme: Menambahkan keterangan pada pernyataan yang sudah jelas atau menambahkan keterangan yang sebenarnya tidak diperlukan.
3. Repetisi: Perulangan kata, frase, dan klausa yang sama dalam suatu kalimat.
4. Pararima: Pengulangan konsonan awal dan akhir dalam kata atau bagian kata yang berlainan.
5. Aliterasi: Repetisi konsonan pada awal kata secara berurutan.
6. Paralelisme: Pengungkapan dengan menggunakan kata, frase, atau klausa yang sejajar.
7. Tautologi: Pengulangan kata dengan menggunakan sinonimnya.
8. Sigmatisme: Pengulangan bunyi "s" untuk efek tertentu.
9. Antanaklasis: Menggunakan perulangan kata yang sama, tetapi dengan makna yang berlainan.
10. Klimaks: Pemaparan pikiran atau hal secara berturut-turut dari yang sederhana/kurang penting meningkat kepada hal yang kompleks/lebih penting.
11. Antiklimaks: Pemaparan pikiran atau hal secara berturut-turut dari yang kompleks/lebih penting menurun kepada hal yang sederhana/kurang penting.
12. Inversi: Menyebutkan terlebih dahulu predikat dalam suatu kalimat sebelum subjeknya.
13. Retoris: Ungkapan pertanyaan yang jawabannya telah terkandung di dalam pertanyaan tersebut.
14. Elipsis: Penghilangan satu atau beberapa unsur kalimat, yang dalam susunan normal unsur tersebut seharusnya ada.
15. Koreksio: Ungkapan dengan menyebutkan hal-hal yang dianggap keliru atau kurang tepat, kemudian disebutkan maksud yang sesungguhnya.
16. Polisindenton: Pengungkapan suatu kalimat atau wacana, dihubungkan dengan kata penghubung.
17. Asindeton: Pengungkapan suatu kalimat atau wacana tanpa kata penghubung.
18. Interupsi: Ungkapan berupa penyisipan keterangan tambahan di antara unsur-unsur kalimat.
19. Ekskalamasio: Ungkapan dengan menggunakan kata-kata seru.
20. Enumerasio: Ungkapan penegasan berupa penguraian bagian demi bagian suatu keseluruhan.
21. Preterito: Ungkapan penegasan dengan cara menyembunyikan maksud yang sebenarnya.
22. Alonim: Penggunaan varian dari nama untuk menegaskan.
23. Kolokasi: Asosiasi tetap antara suatu kata dengan kata lain yang berdampingan dalam kalimat.
24. Silepsis: Penggunaan satu kata yang mempunyai lebih dari satu makna dan yang berfungsi dalam lebih dari satu konstruksi sintaksis.
25. Zeugma: Silepsi dengan menggunakan kata yang tidak logis dan tidak gramatis untuk konstruksi sintaksis yang kedua, sehingga menjadi kalimat yang rancu.

referensi : http://marmoet5.blogspot.com/

Kalimat majemuk

Suatu bentuk kalimat luas hasil penggabungan atau perluasan kalimat tunggal sehingga membentuk satu pola kalimat baru di samping pola yang ada.
Kalimat majemuk dibagi menjadi :
1.Kalimat majemuk setara (koordinatif)
2.Kalimat majemuk rapatan
3.Kalimat majemuk bertingkat (subordinatif)
4.Kalimat majemuk campuran

A. Kalimat majemuk Setara

Kalimat majemuk setara adalah :
Ă˜Kalimat gabung yang hubungan antar pola-pola kalimat di dalamnya sederajat atau seharkat.
Ciri-ciri :
1.1.Kedudukan pola-pola kalimat, sama derajatnya.
2.2.Penggabungannya disertai perubahan intonasi.
3.3.Berkata tugas/penghubung, pembeda sifat kesetaraan.
4.Pola umum uraian jabatan kata : S-P+S-P

Jenis majemuk Setara
1. Setara Sejalan (kata hubungnya dan, serta, lagi pula dll)
2. Setara memilih
3. Setara berlawanan
4. Setara menguatkan (bahkan)
5. Setara sebab akibat
B. Majemuk Bertingkat.
1. Siswa dapat membuat kalimat majemuk bertingkat
2. Siswa dapat menentukan Kalimat majemuk bertingkat.
1. Membuat Majemuk Bertingkat.
Majemuk bertingkat adalah kalimat luas yang mana perluasannya membentuk klausa
bawahan (anak kalimat)

Cara membuat majemuk bertingkat.
1. Buatlah kalimat tunggal atau kalimat luas terlebih dahulu.
2. Kembangkan salah satu jabatan kalimat menjadi klausa bawahan (anak kalimat )
sesuai dengan anak kalimat apa yg diinginkan

refensi : http://marmoet5.blogspot.com/

Kalimat Tanya

Yang dimaksud dengan kalimat tanya adalah kalimat yang mengandung suatu permintaan agar kita diberitahu sesuatu karena kita tidak mengetahui sesuatu hal.

Bila kita membandingkan kalimat tanya dengan kalimat berita maka terdapat beberapa ciri yang dengan tegas membedakannya dengan kalimat berita.

Ciri-ciri tersebut adalah:

a. Intonasi yang digunakan adalah intonasi tanya.

b. Sering mempergunakan kata tanya.

c. Dapat pula mempergunakan partikel tanya –kah.

Kata-kata tanya yang biasa digunakan dalam sebuah kalimat tanya, dapat digolongkan berdasarkan sifat dan maksud pertanyaan:

1. Yang menanyakan tentang benda atau hal: apa, dari apa, untuk apa, dan sebagainya.

2. Yang menanyakan tentang manusia: siapa, dari siapa, dan lain-lain.

3. Yang menanyakan tentang jumlah: berapa.

4. Yang menanyakan tentang pilihan atas beberapa hal atau barang: mana.

5. Yang menanyakan tentang tempat: di mana, ke mana, dari mana.

6. Yang menanyakan tentang waktu: bila, bilamana, kapan, apabila.

7. Yang menanyakan tentang keadaan atau situasi: bagaimana, betapa.

8. Yang menanyakan tentang sebab: mengapa, apa sebab, dan sebagainya.

Pada umumnya semua kalimat tanya mengehendaki suatu jawaban atas isi pertanyaan tersebut. Tetapi ada pula pertanyaan yang sama sekali tidak menghendaki jawaban, dan dipakai sebagai suatu cara dalam gaya bahasa; pertanyaan semacam ini disebut petanyaan retoris. Pertanyaan retoris biasa dipakai dalam pidato-pidato atau percakapan-percakapan lain di mana pendengar sudah mengetahui atau dianggap sudah mengetahui jawabannya. Ada pula semacam pertanyaan lain yang sebenarnya sama nilainya dengan perintah, di mana si penanya sudah mengetahui jawabannya.

Jadi dapat disimpulkan bahwa sekurang-kurangnya ada 3 macam kalimat tanya:

a. Pertanyaan biasa.

b. Petanyaan retoris.

c. Pertanyaan yang senilai dengan perintah.

Di samping pembagian di atas, kalimat tanya dapat dibagi lagi menurut cakupan terhadap isi pertanyaan tersebut. Kita dapat menekan seluruh rangkaian pertanyaan itu, yang berarti tidak ada bagian yang lebih dipentingkan, atau kita hanya mementingkan salah satu bagian yang menjadi pokok pertanyaan kita. Hasil jawabannya pun akan berbeda dengan kedua macam pertanyaan tersebut.

Macam kalimat pertama akan menghasilkan jawaban ya atau tidak sedangkan pertanyaan macam yang kedua menghasilkan jawaban sesuai dengan bagian yang dipentingkan.

Jadi berdasarkan penekanan atau cakupan isi pertanyaan, kalimat tanya dapat dibagi atas:

a. Pertanyaan total: Engkau mengatakan hal itu? Ya. Tidak.

Engkau belajar bersama dia? Ya. Tidak.

b. Pertanyaan parsial: Siapa yang mengatakan hal itu? Ali.

Di mana kau belajar? Di sekolah.

Ada satu hal yang perlu diperhatikan tentang kalimat tanya. Di atas telah dikatakan bahwa ciri dari kalimat tanya adalah intonasi tanya. Tetapi dalam percakapan sehari-hari, sering terjadi bahwa dalam kalimat tanya yang memakai kata tanya tidak terdengar intonasi tanya, sedangkan kalimat tanya yang tidak memakai kata tanya selalu memakai intonasi tanya. Jadi ciri intonasi tanya dan kata tanya merupakan ciri yang amat penting bagi kalimat tanya. Tetapi bila kalimat tanya mengandung kata tanya kita boleh memilih antara: mempergunakan intonasi tanya, atau boleh juga mempergunakan intonasi berita (biasa).

referensi : http://marmoet5.blogspot.com/

Menganalisa Perbedaan dan Persamaan Sajak, Pantun, Puisi dan Syair

Menganalisa Perbedaan dan Persamaan Sajak, Pantun, Puisi dan Syair. Untuk Menambah Pengetahuan akan pelajaran bahasa indonesia, khususnya perbedaan dan persamaan dari pengungkapan rasa hati itu. kita haruslah mengenal sajak, pantun, puisi dan syair. untuk itu kali ini seenthing akan berbagi sedikit penelusuran dari google search engine yang didapat. untuk itu marilah kita lihat pengertiannya. dan jika ada kesalahan mohon kiranya ada perbaikan dari semua pengunjung. dan silahkan sharing dalam komentnya. terima kasih. lanjuuuuuuuut……..!!!!

SAJAK
Kata sajak dikenal dalam kesusastraan Indonesia. Penggunaan istilah ini sering dicampuradukkan dengan puisi. Padahal, puisi berasal dari bahasa Belanda, dari kata poezie. Dalam bahasa Belanda, dikenal dengan istilah gedicht.

Dalam bahasa Indonesia (Melayu) hanya dikenal istilah ini mengandung arti poezie maupun gedicht sekaligus. Istilah puisi cenderung digunakan untuk berpasangan dengan istilah prosa, seperti istilah poetry dalam bahasa Inggris yang dianggap sebagai salah satu nama jenis sastra.

Dengan demikian, istilah ini lebih bersifat khusus, individunya, sedangkan puisi lebih bersifat general, jenisnya.

Sajak adalah puisi, tetapi tidak sebaliknya. Puisi bisa saja terdapat dalam prosa seperti cerpen, novel, atau esai, sehingga orang sering mengatakan bahwa kalimat-kalimatnya puitis (bersifat puisi). Menurut Putu Arya Tirtawirya, puisi menjadi suatu pengungkapan secara implisit, samar, dengan makna yang tersirat, dimana kata-kata condong pada artinya yang konotatif.

Sajak memiliki makna lebih luas. Tidak sekadar hal yang tersirat, tetapi sudah menyangkut materi isi puisi, bahkan sampai pada efek yang ditimbulkan, seperti bunyi. Karenanya, ia terkadang juga dimaknai sebagai bunyi. Pada hakekatnya, ia mengundang kata berasosiasi. Tidak berinterpretasi, bertafsir-tafsir.

Bagi Subagio Sastrowardoyo, ia adalah apa yang lahir setelah ‘malam yang hamil oleh benihku. Adalah bayi yang dicampakkan ke lantai bumi. Sajak seperti anak haram tanpa ibu membawa dosa pertama di keningnya.

Sedangkan Subagio Sastrowardoyo berpendapat bahwa sajak berguna untuk mengingatkan kita pada kisah dan keabadian. Melupakan kepada pisau dan tali. Melupakan kepada bunuh diri.

Sajak bagi Chairil adalah alamat kemana ia menuju setelah lari dari gedong lebar halaman, dan ketika tersesat tak dapat jalan.

Sajak bagi Goenawan Mohamad adalah catatan kita bagi dingin yang tak tercatat pada termometer. Ketika kota basah, angin mengusir kita di sepanjang sungai, tapi kita tetap saja di sana. Mengamati, mencatat. Seakan gerimis raib dan kita saksikan cahaya berenang mempermainkan warna. Ia adalah ketika kita merasakan bahagia meski tak tahu kenapa.

Tema tentang sajak, baik tersurat guratnya atau hanya tersirat seratnya, atau bahkan cuma bisa kita tafsirkan saja salah satunya, hampir selalu ada ditulis oleh setiap penyair. Mungkin ini sebagai wujud kekariban. Atau persembahan untuk ia sendiri.

Ketika menggubah sajak, maka juga terkandung makna hidup yang dihayati oleh penyair. Ya, karena ia adalah kehidupan. Keduanya sangat dekat. Keduanya saling ada di dalam keduanya: ia ada dalam kehidupan dan kehidupan ada didalamnya. Ia adalah alat yang bisa sangat bermanfaat untuk merumuskan rumit dan samarnya kehidupan.

Sitok Srengenge, menerjemahkan apa peran sajak dan penyair bagi hidupnya dan kehidupan manusia. Sebenarnya selalu ada yang puisi dalam segala sesuatu yang bukan puisi. Dan peran luhur kepenyairan bisa dijalankan oleh siapa saja yang bukan penyair.

Sebaliknya penyair yang mengaku paling penyair pun bisa saja menempuh jalan lenceng: keluar dari jalur luhurnya, tak lagi menjadi dan menjadikan rahasia dalam kata, tak lagi menjelma dan menjelmakan tanda atas fana.

MENGENAL DAN PEMAHAMAN KATA PANTUN
Pantun merupakan salah satu jenis puisi lama yang sangat luas dikenal dalam bahasa-bahasa Nusantara, pada umumnya terdiri atas empat baris yang bersajak bersilih dua-dua (pola ab-ab), dan biasanya tiap baris terdiri atas empat perkataan.

Kata ini mempunyai arti ucapan yang teratur, pengarahan yang mendidik, namun juga bisa berarti sindiran.

Dalam bahasa Jawa, biasa dikenal dengan nama parikan dan dalam bahasa Sunda dikenal sebagai paparikan. Pada mulanya ia merupakan sastra lisan, namun sekarang dijumpai juga bentuk yang tertulis.

Semua bentuk pantun terdiri atas dua bagian: sampiran dan isi. Sampiran adalah dua baris pertama, yang seringkali berkaitan dengan alam (mencirikan budaya agraris masyarakat pendukungnya). Dua baris terakhir merupakan isi, yang merupakan tujuan dari dibuatnya karya sastra ini.

Karya sastra ini dinilai baik jika terdapat hubungan makna tersembunyi dalam sampiran, biasa disebut pantun sempurna atau penuh. Sedangkan pada yang kurang baik, hubungan tersebut semata-mata hanya untuk keperluan persamaan bunyi, dan disebut tak penuh atau tak sempurna.

Karena sampiran dan isi sama-sama mengandung makna yang dalam (berisi), maka kemudian dikatakan, “sampiran dapat menjadi isi, dan isi dapat menjadi sampiran.”

Pantun yang sering dipakai berisi dua baris dan empat baris. Karmina dan talibun merupakan bentuk turrunannya, karena memiliki bagian sampiran dan isi. Karmina merupakan versi pendek (hanya dua baris), sedangkan talibun adalah versi panjang (enam baris atau lebih).

Pantun adalah genre sastra tradisional yang paling dinamis, karena dapat digunakan pada situasi apapun. Dalam kehidupan masyarakat Melayu sehari-hari, ini termasuk jenis sastra lisan yang paling populer.

Penggunaannya hampir merata di setiap kalangan: tua-muda, laki-laki-perempuan, kaya miskin, pejabat-rakyat biasa dan sebagainya. Dalam praktiknya, ia diklasifikasi ke dalam beberapa jenis yaitu, Nasihat, Berkasih Sayang, Suasana Hati, Pembangkit Semangat, Kerendahan Hati, Pujian, Teka-teki, Terhadap Perempuan, dan Jenaka.

Pantun juga berfungsi sebagai bentuk interaksi yang saling berbalas, baik itu dilakukan pada situasi formal maupun informal. Pada masyarakat Melayu mengalir berdasarkan tema apa yang tengah diperbincangkan.

Ketika seseorang mulai mengucapkan karya sastra ini, maka rekan lainnya berbalas dengan tetap menjaga tali perbincangan. Pada situasi formal, digunakan ketika meminang atau pembukaan sebuah pidato, sedangkan pada situasi informal seperti perbincangan antar rekan sebaya.

Berikut tips dalam menulis pantun :

1. Tentukan tema dan isi

2. Pilih dan tuliskan baris kaliamat yang akan Anda jadikan sampiran, dengan mempertimbangkan jumlah suku kata tiap baris dan persajakannya. Jumlah suku kata dalam satu baris/kalimat terdiri atas 8-12 suku kata. Persajakan sampiran adalah A-B.

3. Tuliskan baris kalimat yang merupakan isi pantun dengan mempertimbangkan jumlah suku kata tiap baris dan persajakannya. Jumlah suku kata dalam satu baris/kalimat terdiri atas 8-12 suku kata. Persajakan sampiran adalah A-B. Pengungkapan isi harus memiliki keselarasan bunyi dengan sampiran.

PENGERTIAN DAN PEMAHAMAN KATA PUISI DAN PENGERJAANNYA
Puisi adalah susunan kata yang indah, bermakna, dan terikat konvensi (aturan) serta unsur-unsur bunyi. Ciri umumnya adalah bahasa yang padat, penuh metafor.

Biasanya, ini dijadikan sebagai media untuk mencurahkan perasaan, pikiran, pengalaman, dan kesan terhadap suatu masalah, kejadian, dan kenyataan di sekitar kita.

Siapapun bisa menulis puisi dengan berbagai cara dan dapat dilakukan kapan saja. Biasanya kepekaan hati memiliki peran penting disini. Maka, bentuk tulisan ini juga sering diartikan sebagai ekspresi hati.

Berikut tahapan dalam membuat puisi:

1. Pencarian ide

Kumpulkan atau gali informasi melalui membaca, melihat, dan merasakan terhadap kejadian atau peristiwa, pengalaman (pribadi), social (masyarakat), ataupun universal (kemanusiaan dan ketuhanan).

2. Perenungan

Memilih atau menyaring informasi (masalah, tema, ide, gagasan) yang menarik dari ide yang didapat. Kemudian memikirkan, merenungkan, dan menafsirkan sesuai dengan konteks, tujuan, dan pengetahuan yang dimiliki.

3. Penulisan

Inilah proses yang paling rumit, mengerahkan energi kreatif (kemampuan daya cipta), intuisi, dan imajinasi(peka rasa dan cerdas membayangkan), serta pengalaman dan pengetahuan. Untuk itulah, tahap penulisan hendak mencari dan menemukan kata ataupun kalimat yang tepat, singkat, padat, indah, dan mengesankan. Hasilnya kata-kata tersebut menjadi bermakna, terbentuk, tersusun, dan terbaca sebagai puisi.

4. Perbaikan atau revisi

Baca kembali karya yang telah Anda ciptakan. Ketelitian dan kejelian untuk mengoreksi rangkaian kata, kalimat, baris, bait, sangat dibutuhkan. Kemudian, mengubah, mengganti, atau menyusun kembali setiap kata atau kalimat yang tidak atau kurang tepat.

Biasanya, proses revisi atau perbaikan ini memakan waktu lama, hingga puisi tersebut telah dianggap jadi dan tidak lagi dapat diubah atau diperbaiki oleh penulisnya.

Untuk mahir berpuisi, maka Anda harus terbiasa dan akrab dengan kegiatan membaca. Apapun yang Anda baca, Anda harus melahapnya dalam porsi lebih. Hal ini untuk memunculkan kreatifitas pandang pikir.

Selain itu, Anda juga harus mampu membaca segala yang tersurat dan tersirat dalam kehidupan ini. Baik itu kejadian-kejadian dalam hidup dan kehidupan sehari-hari, membaca keadaan diri Anda (pengalaman dan cara pandang).

Singkatnya, Anda harus mampu menemukan hal-hal yang menjadi inspirasi dan kekuatan Anda dalam berkarya dari manapun sumbernya.

Biasakan pula diri Anda membaca kritik-kritik puisi yang ada. Hal ini mampu membangun apresiasi dengan baik.

Setidaknya dengan membaca sebuah kritik karya, Anda akan akan mampu melihat sebuah kelemahan dan keunggulan karya yang dikritik itu sehingga memperkaya wawasan Anda dalam menulis.

Hal penting lainnya adalah menulis. Meski ada beberapa cara, namun Anda tidak perlu terlalu terikat pada aturan. Anda bebas menulis apa saja sesuai keinginan hati, baru kemudian melakukan pengeditan.

Untuk berlatih, Anda juga bisa melakukan teknik “copy the master”, yaitu dengan memenggal sebagian puisi yang berirama lalu kita lanjutkan dengan tulisan Anda sendiri. Cara ini sangat efektif untuk mengasah kemampuan menulis Anda.

Hal yang tidak kalah penting adalah banyak berlatih dan tidak terpaku pada satu gaya penulisan. Sering-seringlah berlatih, melakukan diskusi atau membahas karya bersama penikmat dan pemerhati karya sastra, dan menyempurnakan karya-karya tulisan Anda, maka kemampuan Anda dalam berpuisi akan semakin terasah dengan baik. Selamat mencoba!

PEMAHAMAN SYAIR YANG LEBIH DALAM
Syair merupakan puisi atau karangan dalam sastra melayu lama, dengan bentuk terikat yang mementingkan irama sajak.

Kata ini berasal dari bahasa Arab, yaitu syu’ur, yang berarti perasaan. Dari kata syu’ur, kemudian muncul kata syi’ru, yang berarti puisi dalam pengertian umum.

Dalam kesusasteraan Melayu, kata ini merujuk pada pengertian puisi secara umum. Namun, dalam perkembangannya, ia mengalami perubahan dan modifikasi sehingga menjadi khas Melayu, dan tidak lagi mengacu pada tradisi sastra di negeri Arab.

Syair bukanlah kumpulan kata yang asal saja dan tidak memiliki makna. Justru, ia hadir membawa makna isi yang berhubung dengan kias ibarat, sindiran, nasihat, pengajaran, agama dan juga berisikan sejarah atau dongeng.

Adapun ciri-ciri Syair adalah sebagai berikut:

1. Merupakan puisi terikat.
2. Umumnya terdiri dari empat baris, agak mirip dengan pantun. Perbedaannya adalah, empat baris pantun merupakan dua baris sampiran dan dua baris isi yang berdiri sendiri. Sedangkan bait syair merupakan bagian dari sebuah cerita yang panjang.
3. Jumlah kata dalam satu baris tetap, yaitu 4-5 kata satu baris
4. Jumlah suku kata dalam satu baris juga tetap, yaitu antara 8-12 suku kata dalam satu baris
5. Rima akhir juga tetap yaitu a/a/a/a. Ada juga yang memiliki rima a/b/a/b, tiga baris dengan rima akhir a/a/b, dan dua baris dengan rima a/b, namun ketiga bentuk syair terakhir tidaklah popular.

Jika Anda bertanya siapa penyair yang berperan besar dalam membentuk syair khas Melayu, maka dia adalah Hamzah Fansuri. Karya yang sudah dihasilkan antara lain: Perahu, Burung Pingai, Dagang, dan Sidang Fakir.

Dari namanya, orang Melayu mengenali syair seiring dengan penetrasi dan perkembangan ajaran Islam, terutama tasawuf di Indonesia. Bentuk berbahasa Arab yang tercatat paling tua di negeri ini adalah catatan di batu nisan Sultan Malik al-Saleh di Aceh, bertarikh 1297 M.

Sedangkan yang berbahasa Melayu yang tertua adalah syair di prasasti Minye Tujoh, Aceh, Indonesia bertarikh 1380 M (781 H). Didalamnya, bahasa Melayu masih bercampur dengan bahasa Sansekerta dan Arab.

Sedangkan dari segi jumlah, syair diperkirakan menempati posisi kedua setelah pantun. Artinya, bentuk sastra ini sangat populer pada masyarakat Melayu. Dari segi cara penceritaan, ia bisa diklasifikasi menjadi dua, yaitu naratif dan yang non naratif. Berdasarkan isi dan tema, bentuk naratif bisa dibagi kembali menjadi 4 jenis yaitu:

1. Romantic, sebagai contoh: Bidasari
2. Sejarah, sebagai contoh: Perang Makassar, Perang Banjar
3. Keagamaan, sebagai contoh: Nur Muhammad
4. Kiasan, sebagai contoh: Ikan Terubuk

Sedangkan syair non-naratif terbagi kembali menjadi tiga jenis, yaitu:

1. Agama
2. Nasihat
3. Di luar tema-tema tersebut

jenis dan macam-macam pantun

Pantun Budi
1.
Bunga cina diatas batu
Daunnya lepas kedalam ruang
Adat budaya tidak berlaku
Sebabnya emas budi terbuang
2.
Diantara padi dengan selasih
Yang mana satu tuan luruhkan
Diantara budi dengan kasih
Yang mana satu tuan turutkan
3.
Apa guna berkain batik
Kalau tidak dengan sujinya
Apa guna beristeri cantik
Kalau tidak dengan budinya
Pantun Jenaka
1.
Dimana kuang hendak bertelur
Diatas lata dirongga batu
Dimana tuan hendak tidur
Diatas dada dirongga susu
2.
Elok berjalan kota tua
Kiri kanan berbatang sepat
Elok berbini orang tua
Perut kenyang ajaran dapat
3.
Sakit kaki ditikam jeruju
Jeruju ada didalam paya
Sakit hati memandang susu
Susu ada dalam kebaya
Pantun Kepahlawanan
1.
Adakah perisai bertali rambut
Rambut dipintal akan cemara
Adakah misai tahu takut
Kamipun muda lagi perkasa
2.
Hang Jebat Hang Kesturi
Budak-budak raja Melaka
Jika hendak jangan dicuri
Mari kita bertentang mata
3.
Kalau orang menjaring ungka
Rebung seiris akan pengukusnya
Kalau arang tercorong kemuka
Ujung keris akan penghapusnya
Pantun Kias
1.
Ayam sabung jangan dipaut
Jika ditambat kalah laganya
Asam digunung ikan dilaut
Dalam belanga bertemu juga
2.
Berburu kepadang datar
Dapatkan rusa belang kaki
Berguru kepalang ajar
Bagaikan bunga kembang tak jadi
3.
Anak Madras menggetah punai
Punai terbang mengirap bulu
Berapa deras arus sungai
Ditolak pasang balik kehulu
Pantun Nasihat
1.
Kayu cendana diatas batu
Sudah diikat dibawa pulang
Adat dunia memang begitu
Benda yang buruk memang terbuang
2.
Kemuning ditengah balai
Bertumbuh terus semakin tinggi
Berunding dengan orang tak pandai
Bagaikan alu pencungkil duri
3.
Parang ditetak kebatang sena
Belah buluh taruhlah temu
Barang dikerja takkan sempurna
Bila tak penuh menaruh ilmu
Pantun Percintaan
1.
Coba-coba menanam mumbang
Moga-moga tumbuh kelapa
Coba-coba bertanam sayang
Moga-moga menjadi cinta
2.
Limau purut lebat dipangkal
Sayang selasih condong uratnya
Angin ribut dapat ditangkal
Hati yang kasih apa obatnya
3.
Ikan belanak hilir berenang
Burung dara membuat sarang
Makan tak enak tidur tak tenang
Hanya teringat dinda seorang

Pantun Perpisahan
1.
Pucuk pauh delima batu
Anak sembilang ditapak tangan
Biar jauh dinegeri satu
Hilang dimata dihati jangan
2.
Bagaimana tidak dikenang
Pucuknya pauh selasih Jambi
Bagaimana tidak terkenang
Dagang yang jauh kekasih hati
3.
Duhai selasih janganlah tinggi
Kalaupun tinggi berdaun jangan
Duhai kekasih janganlah pergi
Kalaupun pergi bertahun jangan
Pantun Teka-teki
1.
Kalau tuan bawa keladi
Bawakan juga si pucuk rebung
Kalau tuan bijak bestari
Binatang apa tanduk dihidung ?
2.
Beras ladang sulung tahun
Malam malam memasak nasi
Dalam batang ada daun
Dalam daun ada isi
3.
Terendak bentan lalu dibeli
Untuk pakaian saya turun kesawah
Kalaulah tuan bijak bestari
Apa binatang kepala dibawah ?

referensi : http://marmoet5.blogspot.com/